Minggu siang, tepatnya 2 minggu lalu saya mengajak anak-anak
ke acara Family Fun Day yang diadakan oleh @mommiesdaily di LoVe Kuningan
Jakarta. Selain karena emang bui nya doyan jalan ga betah di rumah sekalian
juga sih ajak anak-anak untuk lebih sering bersosialisasi dengan orang lain dan
agar nanti nya mereka ga kurdet gitu, hihihi… dan pastinya juga nyari acara yg
ga ngeluarin banyak biaya, lokasi nya mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
Secara lah yaa, jalan bawa dua bocah naik angkutan umum, rempong nya cyiiiin,
apalagi kalo mereka ngantuk ketidur-tidur atau gerah kepanasan karena si
angkot/ bus ngetem-ngetem gitu. Acara family fun day ini merupakan agenda
perdana nih buat saya dan anak-anak, ternyata memang totally fun, dari mulai
awal datang memang sudah excited, pas begitu masuk ke dalam venue nya,,
wooowww, design nya make us feel comfort, semacam backyard camping ground gitu.
Over all, anak-anak dan tentu nya saya sendiri sangat menikmati dan puas dengan
acara ini, apalagi abang dan adik sama-sama dapat hadiah menangin games.
Photo Booth |
Suasana Dalam Venue dengan Dekorasi Backyard Camping Ground.. love it!! |
Abang dan Adek pede tampil di game menemukan figur nyamuk dan menang |
Okelah, back to the subject, ceirtanya sore sehabis pulang
dari acara tersebut saya yang sedang bersenda gurau bersama anak-anak di tempat
tidur, me-review kembali kegiatan tadi siang yang really fun, dimana anak-anak
enjoy dengan acara tersebut. “Gimana seneng ga Bui ajak ke acara tadi?” tanya
saya ke anak-anak. Si abang yang lagi focus dengan game online hanya
manggut-manggut, sementara adek yang sejak tadi melakukan aksi salto di kasur
tiba-tiba duduk di samping saya dan menjawab “Aku gapapa ga ada ayah. Aku ga
iri sama temen2 tadi yang ada ayahnya”, mendengar jawabannya yg spontan
disertai senyuman, saya kok sepertinya merasa telah salah memberikan pertanyaan
tersebut kepada mereka.
Berbagai macam pertanyaan dan perasaan timbul seketika
di pikiran saya. “Apa yang ada di benak seorang bocah 5 tahun selama
menghabiskan hampir 4 jam di acara tersebut melihat keriaan teman2 yang belum
dikenalnya itu datang bersama ayah dan ibu nya?” “kenapa adek menanggapi
pertanyaan saya dengan jawaban seperti itu? Apakah itu perasaan yang terpendam
dia selama ini? Apakah dia ingin mengutarakan sesuatu kepada saya mengenai apa
itu sosok seorang ayah?” sebelum dia bertanya dan berkomentar lebih lanjut,
saya pun berusaha menanggapi pernyataannya tadi “adek pinter, yang penting
harus ttp bersyukur adek masih ada bui” sambil kemudian mengecup kening nya,
mendengar jawaban saya yang berusaha tidak membahas dan menyebutkan kata “ayah”
dia pun hanya tersenyum.
Selama 5.5 tahun, selama usia nya pula adek belum pernah
bertemu dengan ayah nya. Egois memang, tapi saya selalu percaya bahwa Allah
telah menggariskan semua nya dan akan menyiapkan sesuatu yang lebih baik nanti
nya. Dengan kondisi seperti inilah saya yakin anak-anak memiliki jiwa dan
mental yang lebih kuat dibanding anak seusia mereka bahkan mungkin lebih kuat
dari saya. Kondisi seperti ini mengajarkan saya pula apa itu arti kesabaran dan
keikhlasan. Menanggapi dua bocah yang sedang dalam masa-masa serba ingin tahu
perlu ekstra sabar yang luaaarrrr biasa, sementara saya juga seorang working
mom yang memiliki masalah lain di kantor. Kondisi ini juga yang membuat kami
bertiga selalu bisa mensyukuri apa yang dimiliki saat ini. Dengan kondisi ini
pula yang membuat anak-anak saya bukan anak yang mudah mengeluh, membuat mereka
lebih kuat fisik (Alhamdulillah mereka jarang sekali sakit), memaksa mereka
harus bisa mandiri dan ga cengeng. Miris memang melihat anak yang mungkin saja
merasakan iri apabila melihat teman nya memiliki mainan baru atau mungkin
melihat teman nya bersama ayahnya saat mereka bermain di rumah teman nya
tersebut. Lagi-lagi kondisi ini membuat kita tough bertahan bahwa Allah
memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Mungkin sosok “ayah”
saat ini yang dibutuhkan adek masih bisa saya “back up”, mungkin perhatian dari
seorang “ayah” yang dibutuhkan adek masih bisa didapat dari yai (Baca: kakek)
nya atau dari pakde dan om nya. Yang pasti saat ini saya hanya berusaha dan
sedang menanamkan kepada mereka bahwa bahagia itu bukan didapat dari ada atau tidak
nya ayah/ibu mu, kebahagiaan itu bisa didapat dengan mensyukuri apa yang sudah
kita miliki sekarang.
abang - adek - bui |
-- you are not broken home kids,
you are just “single parent
family” kids --