• Rabu, 21 Januari 2015

    "Aku Gapapa Ga Ada Ayah"...

    Minggu siang, tepatnya 2 minggu lalu saya mengajak anak-anak ke acara Family Fun Day yang diadakan oleh @mommiesdaily di LoVe Kuningan Jakarta. Selain karena emang bui nya doyan jalan ga betah di rumah sekalian juga sih ajak anak-anak untuk lebih sering bersosialisasi dengan orang lain dan agar nanti nya mereka ga kurdet gitu, hihihi… dan pastinya juga nyari acara yg ga ngeluarin banyak biaya, lokasi nya mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Secara lah yaa, jalan bawa dua bocah naik angkutan umum, rempong nya cyiiiin, apalagi kalo mereka ngantuk ketidur-tidur atau gerah kepanasan karena si angkot/ bus ngetem-ngetem gitu. Acara family fun day ini merupakan agenda perdana nih buat saya dan anak-anak, ternyata memang totally fun, dari mulai awal datang memang sudah excited, pas begitu masuk ke dalam venue nya,, wooowww, design nya make us feel comfort, semacam backyard camping ground gitu. Over all, anak-anak dan tentu nya saya sendiri sangat menikmati dan puas dengan acara ini, apalagi abang dan adik sama-sama dapat hadiah menangin games.
    Photo Booth

    Suasana Dalam Venue dengan Dekorasi Backyard Camping Ground.. love it!!

    Abang dan Adek pede tampil di game menemukan figur nyamuk dan menang



    Okelah, back to the subject, ceirtanya sore sehabis pulang dari acara tersebut saya yang sedang bersenda gurau bersama anak-anak di tempat tidur, me-review kembali kegiatan tadi siang yang really fun, dimana anak-anak enjoy dengan acara tersebut. “Gimana seneng ga Bui ajak ke acara tadi?” tanya saya ke anak-anak. Si abang yang lagi focus dengan game online hanya manggut-manggut, sementara adek yang sejak tadi melakukan aksi salto di kasur tiba-tiba duduk di samping saya dan menjawab “Aku gapapa ga ada ayah. Aku ga iri sama temen2 tadi yang ada ayahnya”, mendengar jawabannya yg spontan disertai senyuman, saya kok sepertinya merasa telah salah memberikan pertanyaan tersebut kepada mereka. 

    Berbagai macam pertanyaan dan perasaan timbul seketika di pikiran saya. “Apa yang ada di benak seorang bocah 5 tahun selama menghabiskan hampir 4 jam di acara tersebut melihat keriaan teman2 yang belum dikenalnya itu datang bersama ayah dan ibu nya?” “kenapa adek menanggapi pertanyaan saya dengan jawaban seperti itu? Apakah itu perasaan yang terpendam dia selama ini? Apakah dia ingin mengutarakan sesuatu kepada saya mengenai apa itu sosok seorang ayah?” sebelum dia bertanya dan berkomentar lebih lanjut, saya pun berusaha menanggapi pernyataannya tadi “adek pinter, yang penting harus ttp bersyukur adek masih ada bui” sambil kemudian mengecup kening nya, mendengar jawaban saya yang berusaha tidak membahas dan menyebutkan kata “ayah” dia pun hanya tersenyum.

    Selama 5.5 tahun, selama usia nya pula adek belum pernah bertemu dengan ayah nya. Egois memang, tapi saya selalu percaya bahwa Allah telah menggariskan semua nya dan akan menyiapkan sesuatu yang lebih baik nanti nya. Dengan kondisi seperti inilah saya yakin anak-anak memiliki jiwa dan mental yang lebih kuat dibanding anak seusia mereka bahkan mungkin lebih kuat dari saya. Kondisi seperti ini mengajarkan saya pula apa itu arti kesabaran dan keikhlasan. Menanggapi dua bocah yang sedang dalam masa-masa serba ingin tahu perlu ekstra sabar yang luaaarrrr biasa, sementara saya juga seorang working mom yang memiliki masalah lain di kantor. Kondisi ini juga yang membuat kami bertiga selalu bisa mensyukuri apa yang dimiliki saat ini. Dengan kondisi ini pula yang membuat anak-anak saya bukan anak yang mudah mengeluh, membuat mereka lebih kuat fisik (Alhamdulillah mereka jarang sekali sakit), memaksa mereka harus bisa mandiri dan ga cengeng. Miris memang melihat anak yang mungkin saja merasakan iri apabila melihat teman nya memiliki mainan baru atau mungkin melihat teman nya bersama ayahnya saat mereka bermain di rumah teman nya tersebut. Lagi-lagi kondisi ini membuat kita tough bertahan bahwa Allah memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Mungkin sosok “ayah” saat ini yang dibutuhkan adek masih bisa saya “back up”, mungkin perhatian dari seorang “ayah” yang dibutuhkan adek masih bisa didapat dari yai (Baca: kakek) nya atau dari pakde dan om nya. Yang pasti saat ini saya hanya berusaha dan sedang menanamkan kepada mereka bahwa bahagia itu bukan didapat dari ada atau tidak nya ayah/ibu mu, kebahagiaan itu bisa didapat dengan mensyukuri apa yang sudah kita miliki sekarang.

    abang - adek - bui



    -- you are not broken home kids, 
    you are just “single parent family” kids --

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar